headads
Picture
16 June 2013

Belajar TAJWID 1

Sunday, June 16, 2013
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Pengertian Tajwid
Tajwid menurut lughot (etimologi) adalah mendatangkan atau membaca dengan baik. Sedangkan menurut istilah (terminologi) adalah Ilmu yang dengannya kita dapat mengetahui bagaimana cara mengucapkan huruf-huruf Al-qur’an, baik tebal tipisnya, panjang pendeknya (mad-qosnya), sifat-sifatnya, serta cara membacanya dengan baik.

B.     Faedah (Kegunaan) Ilmu Tajwid
Faedah mempelajari Ilmu Tajwid adalah supaya lidah kita terjaga dari kesalahan didalam membaca Kitabullah (Al-qur’an).

C.    Hukum Mempelajari Tajwid
Hukum mempelajari Ilmu Tajwid adalah Fardlu Kifayah, sedang mengamalkannya adalah Fardlu ‘Ain bagi tiap-tiap kaum muslimin dan muslimat yang sudah mukallaf.
Didalam kitab Jazariyah Ta’lif Abil Khoir Syamsuddin Muhammad Ibn Muhammad Al-Jazari sebagai berikut :

ﻮﺍﻻﺨﺬ ﺒﺎﻠﺘﺠﻮﻴﺪ ﺤﺘﻢ ﻻﺰﻢ ۞ ﻤﻦ ﻠﻡ ﻴﺠﻮﺪ ﺍﻠﻘﺮﺍﻦ ﺃﺜﻢ

Artinya : Menggunakan atau mengamalkan ilmu tajwid adalah merupakan kewajiban yang pasti (fardlu ‘ain), barang siapa yang tidak memperbaiki bacaan Al-qur’an maka ia berdosa.

D.    Qiro’ah (Bacaan)
Bacaan Al-qur’an yang kita ikuti dan berlaku di Negara kita (Indonesia) adalah bacaan dengan mengikuti qiro’ah riwayat Hafsh bin Sulaiman bin Mughiroh al Bazzar Al Kufy (wafat tahun 180 H) dari Imam ‘Ashim bin abin Najwad (wafat tahun 128 H) yang bacaannya disebut Qiro’ah Masyhuroh.
Adapun nama-nama Imam dalam Qiro’ah Mutawatiroh (sab’ah) adalah sebagai berikut :
  1. Abdullah bin ‘Amir meninggal di Syam pada tahun 118 H. Perawi-perawinya yang termasyhur ialah Al Bazzi Abdul Hasan Hamid bin Muhammad dan Qunbul Abu Umar Muhammad.
  2. Abu Ma’bad Abdullah bin Katsir meninggal di Mekkah tahun 120 H. Perawi-perawinya yang termasyhur ialah Abu Bakar Syu’ban bin Ilyas dan Abu ‘Amr Hafas bin Sulaiman.
  3. Abu Bakar ‘Ashim bin Abi An Nujud meninggal di Kufah tahun 127 H. Perawi-perawinya yang termasyhur ialah Abu Bakar Syu’ban bin Ilyas dan Abu ‘Amr Hafas bin Sulaiman.
  4. Abu ‘Amr bin Al’ala meninggal di Basrah tahun 154 H. Perawi-perawinya yang termasyhur ialah Ad-Durawi, Abu Amr Hafas dan As-Susi Abu Syu’aib Shaleh bin Ziyad.
  5. Nafi’ bin Na’im meninggal di Madinah tahun 109 H. Perawi-perawinya yang termasyhur ialah Qulum Abu Musa ‘Isa bin Mina dari Warasy Abu Sa’id Utsman bin Sa’id.
  6. Abdul Hasan ‘Ali bin Hamzah Al Kisai, meninggal di Basyrah tahun 189 H. Perawi-perawinya yang termasyhur ialah Abdul Harits Al-Laits bin Khalid dan Ad-Durawi tersebut diatas.
  7. Abu ‘Imarah Hamzah bin Habib meninggal tahun 216 H. Perawi-perawinya yang termasyhur ialah Abu Muhammad Khalaf bin Sisyam dan Abu ‘Isa Khalid bin Khalid.

E.     Methode Membaca
Tata cara membaca Al-qur’an yang disahkan oleh Nabi Muhammad SAW dan berlaku dikalangan Ulama Qorro’ dan Ahlu ‘Ada yaitu ada empat cara yang berlaku, yaitu :
1.      Tahqiq (ﺘﺤﻘﻴﻖ) yaitu membaca Al-qur’an dengan menempatkan hak-hak huruf yang semestinya (makhrajul huruf, sifat-sifat huruf, mad-qosr, dll).
Methode ini baik sekali untuk kalangan mubtadi’in (bagi yang baru belajar membaca Al-qur’an).
2.      Tartil (ﺘﺮﺘﻴﻞ) yaitu membaca Al-qur’an dengan pelan-pelan (tidak tergesa-gesa) sebagaimana bacaan Muhammad Al-Qushoiri. Bacaan tartil ini belum tentu Tahqiq tetapi tahqiq sudah pasti tartil.
3.      Tadwir (ﺘﺪﻮﻴﺮ) yaitu membaca Al-qur’an dengan sedang (antara cepat dan pelan).
4.      Hadr (ﺤﺪﺮ) yaitu membaca Al-qur’an dengan cepat, semua methode bacaan tersebut diatas wajib menggunakan tajwid dengan menyesuaikan bacaannya (tahqiq, tartil, tadwir, atau hadrnya), bagi kita yang paling adalah Tarqiq.

0 comments:

Post a Comment

 
Toggle Footer